22 Nov
(Only in Bahasa) Dalam rangka meningkatkan keterampilan operasional pertambangan mahasiswa dan alumni Teknik Pertambangan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Perhapi-Aceh dan Ikatan Alumni Teknik Pertambangan (IATP-Unsyiah) bekerja sama dengan PT Mifa Bersaudara mengadakan Pelatihan Dasar Operasional Pertambangan atau Basic Mine Operation Training. Pelatihan yang mengkombinasikan sesi kelas dan praktek lapangan yang diadakan dua hari berturut-turut, 15-16 September 2018. Pelatihan digelar di dua lokasi yang berbeda yaitu di Fakultas Teknik Unsyiah, Banda Aceh dan area operasional Mifa di Meulaboh, Aceh Barat. Pada Pelatihan ini para peserta berkesempatan untuk menambah dan mengaplikasikan skill dasar operasional pertambang langsung di lapangan.
Pada sesi kelas, turut hadir berbagai elemen profesional tambang di Aceh, diantaranya para praktisi tambang dari pemerintahan dan swasta, akademisi serta beberapa organisasi tambang yang ada di Aceh. Sesi ini dimulai oleh pembukaan dan pemberian cendera mata kepada para pemateri yang diwakilkan oleh Muhammad Zaki, wakil dekan II Fakultas Teknik Unsyiah. Dalam pesannya, beliau memberikan apresiasi atas upaya Mifa dalam mengembangkan skill teknokrat muda aceh. Beliau juga berharap agar perusahaan dan para stakeholder dapat bersinergi mengembangan industri pertambangan di aceh sehingga pemberdayaan tenaga kerja lokal dapat meningkat.
Materi pelatihan dibawakan oleh Kepala Teknik Tambang Mifa Adi Risfandi yang juga Ketua Perhapi Aceh serta Superintendent Mine Operation Mifa Teguh Priadi. Peserta dibekali oleh teori-teori dasar mine operation yakni basic engineering dan planning. Scheduling, perhitungan dan teori-teori pertambangan diberikan sebagai dasar pengetahuan untuk rencana kerja. Basic Operational dan Mechanical Alat-Alat Berat juga diberikan sebagai dasar pengetahuan aplikasi unit-unit pertambangan dan mechanical. Production dan Productivity sebagai konsep dasar untuk pencapaian produksi yang efektif dengan standard aplikasi yang baik. Operational Practice sebagai dasar-dasar metode pelaksanaan dan pengawasan operasional yang optimal. Yang tidak kala penting adalah Dasar K3LH pertambangan sebagai dasar keselamatan di dalam proses operasional pertambangan. Proses pelatihan turut diwarnai dengan keseruan kegiatan ice breaking.
Setelah penjelasan materi, peserta dibagi atas lima kelompok secara acak. Setiap kelompok, diberikan maket tambang serta informasi-informasi geologi tambang. Dengan peralatan-peralatan penunjang, tim bekerjasama untuk merancang tambang pada maket sesuai dengan prinsip-prinsip dasar engineering dan keselamatan kerja tambang.
Rancangan tambang tersebut kemudian dipresentasikan secara bergiliran. Setelah melakukan presentasi, panitia dan pemateri secara bersamaan melakukan pemeriksaan design tambang dari segi efisiensi akses, geoteknik, pemilihan alat, dan penyaliran tambang. Uniknya, setiap maket diberikan simulasi hujan untuk menguji apakah design tambang yang telah dibuat memiliki penyaliran tambang yang baik.
Teguh menekankan betapa pentingnya pengaliran tambang bagi kesuksesan perencanaan dan pengoperasian tambang itu sendiri. “Air itu bodoh. Kalau kita tidak bisa mengatur air berarti kita lebih bodoh” ungkapnya.
Pada sesi praktek yang diadakan di site tambang Mifa, peserta diberikan induksi K3LH oleh Fajar Hajar S selaku safety superintendent dan instruksi kerja oleh Teguh Priadi. Peserta yang telah dibagi menjadi 2 tim diberikan tugas untuk mengobservasi terlebih dahulu kondisi tambang di PIT B Mifa. Setelah mengetahui arah penambangan, unit yang digunakan, lokasi dumping area dan informasi pendukung lainnya. Peserta diarahkan untuk menentukan posisi front loading coal getting, arah loading, jumlah alat angkut yang digunakan, dan batas loading untuk dua shift kerja serta menyiapkan area tersebut sebelum dimulai kegiatan loading.
Pada sesi ini, peserta dibimbing oleh pengawas operasional untuk berpikir serta bekerja praktis dan taktis dalam melaksanakan rencana dengan mempertimbangkan faktor K3LH dan mengkomunikasikan rencana tersebut kepada operator dengan menggunakan pita sebagai acuan. Peserta juga diminta untuk membandingkan rencana produksi dan hasil produksi aktual serta mengidentifikasi penyebab tidak tercapainya produksi agar dapat memberikan solusi atau rekomendasi untuk tingkat penncapaian produksi yang lebih baik.
Rangkaian kegiatan ditutup dengan sharing session oleh peserta dengan menceritakan dan berbagi serunya pengalaman selama mengikuti pelatihan. “Kegiatan sangat bermanfaat sebagai bekal saya untuk berkarir di industri pertambangan” ungkap salah satu peserta. Seluruh peserta merasa bahwa pelatihan ini membuka wawasan mereka untuk tidak hanya belajar merencanakan tambang namun juga mempelajari bagaimana cara mengoperasikan rencana tersebut. Peserta sangat berharap akan ada pelatihan-pelatihan seperti ini sebagai bekal untuk memasuki industri pertambangan kedepannya.