13 Sep
(Only in Bahasa) Upaya peningkatan kualitas ekonomi masyarakat sekitar wilayah operasional, PT Mifa Bersaudara (Mifa) terus melakukan berbagai program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM). Pada 2017 ini, dengan melibatkan Pemerintah setempat Aceh Barat dan juga Lembaga Perguruan Tinggi, Mifa kembali melakukan pembinaan petani padi di Balee dan Reudep, Meurebo, Aceh Barat pada Selasa 27 Mei 2017.
Kali ini, Mifa memerkenalkan sistem menanam dengan pola jajar legowo. Dengan pola tanam yang berjarak teratur dan rapi, hasil panen diharapkan dapat lebih baik. Guna memercepat proses pembentukan pola yang sejajar dan rapi, maka tim Mifa memerkenalkan caplak sebagai alat bantu pembuat pola yang sangat efektif dan murah.
Para ahli pertanian dari Universitas Teuku Umar Meulaboh, Afrizar dan Khairunnisa menjelaskan, caplak ini ditujukan untuk efisiensi kerja petani dalam menanam padi secara jajar legowo. Pola ini dapat menghemat pupuk, pemanenan jauh lebih mudah karena ada banjarnya dan yang paling penting potensi akan hasil panen yang lebih baik semakin tinggi.
Bagi para petani, ini merupakan alat yang asing dan baru. Meskipun di beberapa daerah, caplak sudah menjadi bagian dari budaya menanam padi. Alat yang murah dan efektif ini berfungsi untuk membuat garis pola jarak tanam padi. Pada pertanaman dengan sistem jajar legowo, penggunaan caplak sangat dibutuhkan untuk pembuatan garis pola tanam.
Saat ini, penggunaan caplak roda sedang berkembang dan semakin banyak petani yang mulai menggunakannya. Pada caplak roda, untuk membentuk garis pola jarak tanam potongan vertikal dan horizontal dilakukan dengan sekali tarik.
Selain memerkenalkan caplak roda, Mifa juga memberikan benih padi, kapur pertanian (dolomit), pupuk organik, pelatihan pemilihan varitas benih padi, cara pemupukan dan juga pendampingan teknis kepada 89 petani padi dengan luas 38 Ha sawah yang tergabung dalam Kelompok Tani “Sumber Amanah” dan “Rakan Sepakat”.
Penyuluh pertanian Dinas Pertanian Aceh Barat T Rousdi Sunny mengatakan, program yang dijalankan ini sangat mendukung program ketahanan dan swasembada pangan yang digagas oleh pemerintah. Ia menambahkan, untuk hasil panen, penerapanjajar legowo sudah dilakukan oleh 90% petani padi di Gampong Ranto Panyang, Meureubo. Hasilnya, panen padi meningkat.
“Sebagai perbandingan, dalam 1 Ha luasan tanaman padi, penanam dengan pola jajar legowo mampu menghasilkan 5,8 ton padi, sedangkan pola tanam biasa pada umumnya hanya mampu menghasilkan 5,3 ton padi per hektarnya.
Jika pola ini berhasil, ke depannya kelompok tani binaan akan mengadopsi 100% sistem ini. Mereka berharap hasil panennya dapat lebih baik dan juga dapat menurunkan biaya produksi.