07 Jun
(Only in Bahasa) Upaya budidaya tanaman selalu dihadapkan dengan permasalahan hama. Begitu pula dengan kawasan tambang TIA yang terus melakukan upaya pelestarian lingkungan dengan reklamasi, reboisasi dan rehabilitasi kawasan. Hama menjadi potensi penghambat dalam kesuksesan sebuah upaya pelestarian lingkungan.
Pembasmian hama tanaman menjadi sebuah proses yang harus dilakukan agar tanaman dapat tumbuh subur. Namun TIA berkomitmen, upaya pelestarian lingkungan jangan sampai merusak lingkungan, seperti penggunaan bahan kimia untuk membasmi hama. Oleh karena itu, produksi insektisida organik pun dibuat guna mendukung upaya pelestarian lingkungan.
TIA, melalui program pemberdayaan masyarakat bekerjasama dengan penduduk sekitar tambang, khususnya di Desa Trimartani, mulai mengembangkan industri kecil asap cair sebagai pengganti insektisida kimia.
“Kebetulan Desa Trimartani mendapatkan bantuan alat destilasi dari Propinsi. Nah, ini coba kita sinergikan dengan kebutuhan tambang. Memang masih ujicoba. Diharapkan program ini dapat berjalan baik dan menguntungkan semua pihak, baik masyarakat secara pribadi, Desa, maupun perusahaan tambang atau pihak lainnya yang membutuhkan,” ungkap Humas TIA Dani Jaya September 2016 lalu.
Tim Pusat penelitian dan pengembangan hasil hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) beberapa waktu lalu melakukan kunjungan guna mengetahui pengelolaan lingkungan pada areal bekas tambang yang telah direklamasi TIA. Pada kesempatan ini pula, tim berkunjung ke Desa Trimartani untuk melihat alat destilasi milik desa.
Tim KLHK menjelasakan, destilasi tabung destilator masih sangat panas. Sebaiknya masyarakat membelikan pompa mini yang disambungkan ke Drum yang berisi air lalu dialirkan kedalam tabung. Sehingga air pendingin mengalir secara terus menerus dan dapat menurunkan tingkat panas tabung.
Selain itu, tim KLHK juga berbagi ilmu membuat alas destilasi sederhana dengan drum bekas dan bambu. Pada bagian bawah drum dilubangi agar api bakaran dari bawah dapat membakar secara perlahan pada bahan yang ada didalam drum. Bagian atas drum dibuka untuk memasukan bahan bakar yang berasal dari kayu-kayu yang tidak terpakai seperti limbah pohon akasia. Pada tutup drum disambungkan dengan pipa galvalis untuk mengalirkan asap dari beberapa lubang kecil di bagian penutup. Pipa galvalis kemudian disambungkan ke bambu berukuran 4 meter yang telah dilubangi bagian tengahnya.
Proses destilasi ini berawal dari melakukan pembakaran pada bagian bawah drum. Kayu limbah yang berfungsi sebagai pemanas, tebakar secara perlahan dan menghasilkan asap. Asap masuk melalui pipa galvanis menuju bambu dan terjadi pengembunan dikarenakan suhu yang dingin. Proses ini menghasilkan tetesan air yang disebut asap cair.
Tidak hanya asap air yang dapat digunakan menjadi insektisida dari proses destiasi ini. Bahan bakar kayu yang berubah menjadi arang pun dapat digunakan sebagai pupuk organik bagi kebutuhan penanaman. Pupuk arang ini dapat menetralkan tanah sehingga bisa meningkatkan kesuburan tanah. TIA berharap, program ini dapat berjalan terus dan berdampak bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.