24 Aug
(Only in Bahasa) Kegiatan penambangan, diakui atau tidak, pasti berdampak pada berubahnya kondisi lahan dimana tambang dilakukan. Bahkan sangat mungkin, berbagai kerusakan dan pencemaran dapat terjadi, jika tambang tidak dikelola dengan baik dan benar. Dalam rangka mengembalikan kondisi tanah sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya, maka terhadap lahan bekas pertambangan, selain dilakukan penutupan tambang, juga harus dilakukan pemulihan kawasan bekas pertambangan.
Salah satu upaya yang dilakukan guna mengembalikan atau menata ulang kondisi lahan bekas tambang menjadi lebih baik adalah dengan reklamasi tambang. Tujuan kegiatan reklamasi lahan tambang adalah memerbaiki ekosistem lahan eks tambang. Ini dilakukan dengan perbaikan kesuburan tanah dan penanaman lahan di permukaan. Manfaat lainnya adalah menjaga agar lahan tidak labil, lebih produktif dan meningkatkan produktivitas lahan eks tambang tersebut. Akhirnya reklamasi dapat menghasilkan nilai tambah bagi lingkungan dan menciptakan keadaan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan keadaan sebelumnya pertambangan, kerusakan lingkungan hidup, dan sebagainya.
Guna mendukung upaya ini, Tunas Inti Abadi (TIA) dengan komitmen yang dimiliki, menyusun dan mengimplementasikan langkah terpadu agar proses pengelolaan lingkungan tambang dapat berjalan baik. Salah satunya adalah dengan menyediakan bibit-bibit tanaman yang berkualitas di area persemaian (nursery)-nya.
Persemaian TIA dibuat sejak 2009 atau sejak beroperasinya tambang. Area dengan luas 1,5 Hektar yang disediakan, mampu menampung sekitar 70.000 bibit. Pada area ini, persemaian terdiri dari beberapa komponen utama, seperti tandon air, rumah pengisian polybag, rumah semai, greenhouse, bedeng jemur, kantor, gudang peralatan dan benih.
Tandon air berkapasitas 3.300 liter berfungsi untuk menyiram tanaman pada pagi dan sore hari. Pada musim penghujan, intensitas penyiraman dikurangi menjadi sekali sehari. Sumber air diambil dari sungai terdekat dengan pompa air. Dari tandon air, disalurkan pada setiap bedeng menggunakan pipa. Air dialirkan dengan sistem gravitasi dan dibantu dengan pompa melalui sprinkle.
Rumah pengisian polybag berfungsi sebagai tempat pengisian media tanam ke dalam polybag. Material pengisi polybag terdiri dari tanah, sekam bakar dan pupuk kandang. Tanah sebagai media utama tanaman untuk tumbuh. Sekam bakar berfungsi sebagai porositas air agar tidak tergenang dan meningkatkan pH tanah. Pupuk kandang berfungsi sebagai membantu meningkatkan kapasitas pertukaran ion dimana mineral yang dibutuhkan tanaman terikat pada pupuk kandang tersebut.
Benih, terlebih dahulu direndam sebelum di semai. Perendaman berfungsi untuk mematahkan dormansi (masa tidur benih) agar dapat tumbuh. Setelah benih mulai tumbuh, benih ditempatkan di media dengan porositas tinggi (campuran pasir dan sekam). Tujuannya agar perakaran benih dapat tumbuh dengan maksimal. Hal ini merupakan tujuan utama dari keberadaan rumah semai. Tingkat pertumbuhan benih bervariasi tergantung dari jenis dan umur benih.
Setelah berada di rumah semai, benih yang telah tumbuh dipindahkan ke polybag yang telah disiapkan di greenhouse. Di sini, tanaman mendapatkan intensitas kelembaban cukup tinggi karena tanaman ditutup dengan sungkup dan memperoleh intensitas cahaya matahari hingga 40 % saja. Beberapa jenis tanaman yang dibibitkan menggunakan sistem stek juga harus melalui tahap ini. Tujuannya, perakaran dan batang mampu tumbuh lebih maksimal. Umumnya masa tanaman di greenhouse kurang lebih 2 minggu. Kemudian dipindahkan di bedeng jemur I untuk tahap berikutnya. Ciri-ciri bibit siap dipindahkan antara lain batang mulai berwarna gelap & daun mulai tumbuh dan lebar.
Di bedeng jemur I bibit dari greenhouse ditampung untuk proses lignifikasi (pengerasan kayu) tahap pertama. Menggunakan intensitas cahaya yang lebih besar yakni 70% dan kelembaban mulai dikurangi, bibit berada pada lokasi ini dari umur 2 minggu sd 3 bulan. Penyiraman dilakukan secara priodik 2 kali sehari. Di TIA, pentiraman menggunakan sprinkle dan selang.
Bedeng jemur II diletakkan pada areal terbuka dengan cahaya matahari langsung. Tujuannya agar proses pengerasan kayu semakin sempurna, bibit semakin beradaptasi untuk ditanam di lahan sebenarnya. Intensitas penyiraman mulai dikurangi. Penjarangan dan perawatan tanaman intens dilakukan agar pertumbuhan bibit optimal. Saat bibit berumur lebih dari 3 bulan dan telah melewati proses tersebut di atas, maka bibit dianggap telah siap tanam.
Segala proses, terdokumentasikan dengan baik di kantor administrasi persemaian. Pencatatan bibit masuk, bibit baru, bibit mati dan bibit yang ditanam dicatat dengan rapi. Di nursery TIA, tidak kurang dari 20 jenis tanaman lokal dan jenis tanaman cepat tumbuh. Hingga November 2016, jumlah bibit mencapai sekitar 60.000 bibit.
Dalam proses pembibitan ini, tidak sedikit bibit yang mati/rusak atau berpenyakit. Hambatan-hambatan pertumbuhan bibit pada persemaian antara lain dalah hama, gulma, drainase yang kurang, kesalahan pemidahan bibit serta lainnya. Evaluasi dan perbaikan terus-menerus dilakukan demi meningkatkan produktifitas dan efektifitas dalam pembibitan.
Beberapa kegiatan selain pembibitan adalah penyiangan gulma pada polybag, penyemprotan fungisida/herbisida/insektisida, penataan bibit, pemidahan bibit dan pembuatan sekam bakar. Hal ini dilakukan karena di persemaianlah, dimana itu bermula.