04 Jan
(Only in Bahasa) BANJARMASIN — PT Tunas Inti Abadi, anak usaha dari PT Reswara Minergi Hartama, berupaya memperpanjang usia tambang hingga 2024 lewat peningkatkan stripping ratio dengan tetap mempertimbangkan keuntungan.
Hari Sutikno, Kepala Teknik Tambang PT Tunas Inti Abadi (TIA), mengatakan tingkat keenomisan batu bara yang dapat diproduksi dengan besaran stripping ratio 5,6. Sementara itu, untuk tahun depan pihaknya memperkirakan akan meningkat menjadi SR6,3 dan pada 2019 diperkirakan berada di angka 9.
“Kami coba memperpanjang sampai 2024 dengan IUP yang ada. Kalau harga jualnya bertahan seperti sekarang, memang sebesar itulah [5,3 – 9] yang paling ekonomis,” tuturnya, Kamis (9/11/2017).
Tiap harinya, PT TIA memproduksi batu bara rerata sebesar 450.000 ton. Hanya saja, dengan kondisi musim penghujan yang relatif panjang pada tahun ini, pihaknya pesimistis target produksi sebesar 5,3 juta ton sulit dipenuhi. Hingga Kamis (9/11), PT TIA sudah memproduksi batu bara sebanyak 4,5 juta ton. Ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi target produksi hanya dihalangi oleh faktor cuaca saja.
Perusahaan yang mulai berproduksi pada 2011 ini, memiliki luas konsensi sebesar .3074 hektare di wilayah administrasi Sei Loban, Kalimantan Selatan. Selain itu, PT TIA juga memiliki izin pinjam kawasan hutan mencapai 1700 Ha.
Hari mengatakan perusahaan baru menambang sebesar 1.200 Ha, sehingga peluang untuk memperpanjang usia tambang yang habis pada 2021 terbuka lebar.
“Nanti kalau harganya sudah mencapai US$60 per ton barulah kami berani eksploitasi batu bara dengan SR 18,” tambahnya.
PT TIA sendiri didirikan pada 2003, yang kemudian diakuisisi oleh PT Sumberdaya Sewatama dan PT sanggara Sarana Baja pada 2017. Selanjutnya pada 2010, PT ABM Investama Tbk mengakuisisi perusahaan dari PT Sumberdaya Sewatama dan akhirnya mengalihkan kepemilikan saham perusahaan pada Reswara.
Perusahaan yang menjadi penghasil cuan besar bagi ABM Grup ini, memproduksi batu bara sub-bituminus atau yag memilik belerang rendah dan batu bara abu.
Sumber: Bisnis Indonesia